Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Padang Lawas (Palas) yang dikenal dengan pusat pemerintahannya di Sibuhuan sebagai daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Memang hal itu tidak bisa dibantah, karena klaim tersebut sangat didukung fakta dan kenyataan bahwa Kecamatan Sosopan, Kecamatan Ulu Barumun, Kecamatan Barumun, Lubuk Barumun, Kecamatan Sosa, Batang Lubu Sutam, Hutaraja Tinggi, Barumun Tengah dan Kecamatan Huristak sebagai wilayah cakupan Palas merupakan bumi yang menyimpan potensi pertanian dan perkebunan.
Daerah Otonom Baru (DOB) hasil pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan yang terwujud tahun 2007 lalu ini mencapai luas 3.892,74 km bujursangkar. Berpenduduk menurut data tahun 2006 mencapai 233.933 jiwa menghuni 305 desa ditambah satu kelurahan ini sejak dulu dikenal memiliki potensi alam yang memberi peluang terbebasnya kawasan yang biasa disebut Barumun Raya tersebut dari kantong-kantong kemiskinan sebagaimana dimiliki hampir sejumlah daerah kabupaten/kota di Sumut.
Potensi Padang Lawas
Potensi alam yang dimiliki Palas dimaksud meliputi sektor perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan dan pertambangan. Potensi perkebunan dan pertanian, terlihat seperti di Kecamatan Sosa, di Hutaraja Tinggi, di Kecamatan Batang Lubu Sutam, Kecamatan Sosopan, Kecamatan Barumun Tengah dan Kecamatan Huristak. Bahkan beberapa kecamatan tersebut saat ini telah menjadikan sektor perkebunan jenis kelapa sawit menjadi potensi andalan yang telah banyak merubah taraf hidup warga ke arah yang semakin membaik.
Masih dari sektor perkebunan dan pertanian di Palas, Kecamatan Sosopan malah memiliki produk andalan mulai dari Kulit Manis dengan produksi 15 ton lebih setiap minggu, produk andalan kedua Sosopan setelah kulit manis adalah karet dengan produksi 50 ton getah setiap bulan, kemudian nilam dengan produksi 25 kilogram setiap bulan dan gabah yang mencapai produksi enam ton lebih setiap musim panen (6 bulan) dari luas areal persawahan 250 hektare.
Selain itu Palas juga memiliki potensi alam yang kaya di sektor pertambangan seperti Batu Bara di Kecamatan Sosopan dan Sosa, timah hitam di Kecamatan Batang Lubu Sutam, Ulu Barumun, Kecamatan Sosa dan Sosopan. Kemudian minyak bumi di Kecamatan Barumun Tengah (Lapangan Tonga I dan Lapangan Tonga II). Itu ditambah lagi dengan bahan galian non logam seperti kapur, marmer, granit dan batu gamping di Kecamatan Sosopan serta Pasir Kuarsa di Kecamatan Huristak dan Barumun Tengah.
Berkat potensi yang dimiliki Kabupaten Padang Lawas tersebut, seperti diungkapkan sebelumnya, kehidupan warga di daerah ini sejak beberapa tahun terakhir mulai nampak semakin sejahtera. Kondisi menggembirakan ini terlihat terutama di Kecamatan Sosa, Sosa Jae, Kecamatan Barumun dan Barumun Tengah. Fakta tersebut membuat daerah ini sejak beberapa tahun terakhir dijuluki sebagai daerah dollar.
Untuk itu, tidak heran jika ditemukan banyak putra-putri dari Padang Lawas khususnya dari beberapa kecamatan tersebut di atas telah mengenyam pendidikan sampai ke jenjang pendidikan tinggi, bahkan ada beberapa di antara mereka yang sudah ke program S-2 dari berbagai disiplin ilmunya.
Tidak pantas
Namun demikian, satu hal yang tidak bisa dibantah adalah bahwa di balik peta potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Padang Lawas yang begitu besar dan kaya, masih terlihat sejumlah pemukiman warga yang menjadi indikator bahwa penghuninya masih hidup di bawah garis kemiskinan. Artinya daerah yang begitu potensial dan kaya, rasanya tidak pantas masih memiliki warga miskin.
Mereka para warga yang berstatus pra sejahtera tersebut tidak saja ditemukan di pelosok pedesaan terpencil seperti di Kecamatan Batang Lubu Sutam, Kecamatan Hutaraja tinggi, daerah terpencil Kecamatan Sosopan (kawasan Siborna Bunut), Kecamatan Huristak dan Kecamatan Sosopan, tetapi juga banyak ditemukan tidak jauh dari Sibuhuan, ibukota Kabupaten Palas. Warga miskin tersebut ada di Kecamatan Lubuk Barumun, tepatnya sekitar Pasar Latong, bahkan ada di Kecamatan Barumun sendiri seperti wilayah Hasahatan Jae dan di Kecamatan Ulu Barumun.
Warga miskin yang berdomisili tidak jauh dari Pasar Latong misalnya, meskipun Tanah Air tercinta ini sudah 64 tahun merdeka, tetapi kondisi kehidupan mereka masih seperti kehidupan manusia Indonesia pra kemerdekaan 1945 silam. Misalnya, masih ada warga setempat yang hingga saat ini belum menikmati penerangan listrik. Bahkan ada sejumlah rumah kediaman warga di desa ini yang dindingnya terbuat dari bambu lapuk dengan model rumah berkolong berukuran seadanya.
Warga dari sejumlah desa di atas hingga saat ini masih hidup dari penghasilan sebagai buruh harian lepas (BHL) di perusahaan-perusahaan perkebunan yang beroperasi di Nagargar, Kecamatan Lubuk Barumun dengan naik truk setiap waktu shubuh. Bahkan mungkin ada yang lebih jauh lagi seperti ke perkebunan di Kecamatan Sosa dan sekitarnya.
Kita juga prihatin dengan kondisi kehidupan warga sejumlah desa di Kecamatan Batang Lubu Sutam yang juga hingga saat ini masih ada yang belum tersentuh pembangunan infrastruktur jalan. Pada usia 59 Indonesia Merdeka, tepatnya tahun 2004 yang lalu, daerah tersebut resmi menjadi kecamatan dengan ibukota Pinarik hasil pemekaran Kecamatan Sosa. Waktu itu warga banyak berharap pemekaran kecamatan akan mengubah nasib mereka. Pemerintah akan mengikutkan daerah mereka dalam peta perhatian untuk dibangun agar mereka terlepas dari keterisoliran.
Namun hingga di usia RI 64 tahun saat ini dan Kecamatan Batang Lubu Sutam telah berusia lima tahun klop, kecamatan itu belum juga ikut “merdeka” dari keterisoliran yang diderita warganya. Padahal potensi perkebunan kelapa sawit yang menjadi andalan Padang Lawas juga banyak diproduksi dari Kecamatan terisolir ini. Putra-putri bangsa yang berpendidikan juga banyak berasal dari Kecamatan Batang Lubu Sutam, bahkan tidak sedikit yang sudah ikut dan pernah menjadi pengambil kebijakan di lingkungan pemerintah.
Kondisi kehidupan masyarakat yang begitu menyayat hati, ternyata belum membuat pemerintah berpikir keras untuk melepaskan mereka yang hidup memprihatinkan itu dari kehidupan yang mereka derita yang sampai-sampai mereka merasakan belum adanya bukti dari karya nyata para pengambil keputusan di daerah ini. Mereka bahkan merasakan belum ikut “merdeka” walau negeri ini sudah 64 tahun merdeka. Padahal daerah ini memiliki potensi sumber daya alam yang begitu besar dan kaya, sehingga logika sehat mengatakan tidak pantas daerah ini memiliki warga miskin dan kawasan terisolir.
Tidak ada kata lain, daerah ini harus secepatnya lepas dari kemiskinan dan kawasan terisolir. Untuk itu, Bupati Basyarah Lubis dan Wakil Bupati H. Tongku Ali Sutan Harahap (TSO) harus mencari solusi guna merubah daerah ini. Karya nyata KDH dan Wakil KDH Padang Lawas sudah ditunggu masyarakat. Hendaknya daerah ini terlepas dari peta kemiskinan dan kawasan terisolir pada tahun 2012 nanti. Resepnya adalah karya nyata dan ide segar sang Bupati dan Wakil Bupati, karena tidak ada alasan daerah ini tidak mampu untuk lepas dari dua keprihatinan di atas, jika dilihat dari potensi daerah yang dimiliki Padang Lawas. Semoga terwujud. Amien. Kutipan dari: http://www.waspada.co.id
Free Porno Video Sex
Custom Search